Tugas : Bahasa Indonesia
KALIMAT
EFEKTIF
OLEH
M.syarifuddin
NIM
:12020102025
Siti
nafisa
irwan
imran
JURUSAN
SYARIAH / MU
SEKOLAH
TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI
(STAIN)
SULTAN QAIMUDDIN
KENDARI
2012
BAB I
PENDAHULUAN
- Latar Belakang
Mendengarkan
merupakan cara memperoleh informasi disamping membaca. Banyak sekali
informasi yang dapat diperoleh dari cara ini, baik melalui penuturan
orang secara langsung ataupun melalui media elektronik seperti radio
dan televisi.
Dari kegiatan
tersebut kita dapat belajar tentang cara menggunakan bahasa.Orang
yang panadai dalam berbahasa, gagasannya akan mudah kita pahami.
Sementara itu, orang yang pembicaraannya tidak beraturan, maka
cenderung gagasannya itu sulit kita pahami.
Kecakapan seseorang
dalam berbahasa, antaralain tampak pada kalimat-kalimatnya yang serba
efektif. Dengan kalimat yang efektif itulah, informasi yang
disampaikan mudah kita pahami dan tidak menimbulkan salah pengertian.
- Rumusan Masalah
Berdasarkan latar
belakang diatas, maka penulis dapat merumuskan masalahnya adalah
sebagai berikut:
- Apa yang dimaksud dengan kalimat efektif ?
- Apa saja yang menjadi syarat-syarat kalimat efektif ?
- Bagaimana ciri-ciri kalimat efektif ?
BAB II
PEMBAHASAN
- Pengertian Kalimat Efektif
Kalimat efektif
adalah kalimat yang memperlihatkan bahwa proses penyampaian oleh
pembicara/penulis dan proses penerimaan oleh pendengar/pembaca
berlangsung dengan sempurna sehingga isi atau maksud yang di
sampaikan oleh pembicara/penulis tergambar lengkap dalam pikiran
pendengar/pembaca. Pesan yang diterima oleh pendengar/pembaca relatif
sama dengan yang di kehendaki oleh pembicara/penulis.
- Syarat-syarat kalimat efektif
- Secara tepat mewakili pikiran pembicara/penulisnya.
- Mengemukakan pemahaman yang sama tepatnya antara pikiran pendengar/pembaca dengan yang dipikirkan pembaca atau penulisnya.
- Ciri-ciri Kalimat Efektif
- Koherensi (keutuhan)
Koherensi (keutuhan)
dalam kalimat terlihat pada adanya keterkaitan makna antardata dalam
kalimat tersebut. Perhatikan contoh dibawah ini.
- Kami pun akhirnya saling memaafkan.
- Saya pun akhirnya saling memaafkan.
- Mereka berbondong-bondong menuju pertunjukan rakyat itu.
- Dia berbondong-bondong manuju pertunjukan rakyat itu.
Kalimat (a) dan (b)
di atas merupakan contoh kalimat yang memiliki keutuhan atau
kepaduan, sedangkan kalimat (c) dan (d) tidak. Penggunaan kata ganti
orang pertama tunggal saya pada (b) sebagai subjek predikat
verba saling
memaafkan tidaklah
tepat. Predikat verba itu memerlukan kata ganti orang yang jamak.
Sementara itu, pada kalimat (d) terlihat pada penggunaan kata ganti
dia sebagai subjek predikat verba berbondong-bondong.
Predikat verba itu memiliki cirii (semantis) dengan subjek jamak.
- Kesejajaran
Kalimat efekif
mempersyaratkan adanya kesejajaran bentuk dan kesejajaran makna.
Kesejajaran bentuk berhubungan dengan struktur kalusa, sedangkan
kesejajaran makna berkaitan dengan kejelasan informasi yang
diungkapkan.
- Kesejajaran Bentuk
Kesejajaran bentuk
mengacu pada kesejajaran unsur-unsur dalam kalimat. Kesejajaran
unsur-unsur kalimat itu akan memudahkan pemahaman pengungkapan
pikiran. Perhatikan contoh kalimat berikut.
(3a) Lokasi
perumahan telah dipilih, tetapi lokasi itu belum disetujui direktur.
(3b) Lokasi
perumahan telah dipilih, tetapi direktur belum menyetujuinya.
Kalimat (3a)
memperlihatkan kesejajaran bentuk kalusa, keduanya merupakan kalusa
bentuk pasif. Sementara itu pada kalimat (3b) ketitidak sejajaran
bentuk terlihat pada ketitidak sejajaran bentuk kalusa pasif
(dipilih)
dan bentuk kalusa aktif (menyetujui).
Agar terdapat kesejajaran, klausa kedua di ubah menjadi klausa pasif.
Jika bentuk kalusa pertama pasif, bentuk klausa berikutnya pasif pula
(3a). sebaliknya, jika bentuk kalusa pertama aktif, bentuk kalusa
berikutnya aktif juga. Dengan demikian kalimat (3b) dapat di perbaiki
menjadi seperti berikut.
(3c) Pemimpin
unit telah memilih lokasi perumahan, tetapi direktur belum
menyetujuinya.
Kesejajaran bentuk
juga perlu diperhatikan dalam kalimat yang mengandung perincian.
Perhatikan contoh berikut:
(4) Langkah-langkah
dalam wawancara ialah
- pertemuan dengan orang yang akan diwawancarai,
- utarakan maksud wawancara, dan
- mengatur waktu wawancara.
Ketidaksejajaran
kalimat (4) terlihat dalam penggunaan bentuk kata pada awal rincian.
Dalam rincian yang pertama digunakan bentuk kata pertemuan (nomina);
dalam perincian kedua digunakan bentuk kata utarakan (verba);
dalam perincian keiga digunakan bentuk kata mengatur(verba).
Agar sejajar, kalimat (4) di perbaiki menjadi seperti berikut.
(4a)
Langkah-langkah
dalam wawancara ialah
- mengatur pertemuan dengan orang yang akan diwawancarai,
- mengutarakan maksud wawancara, dan
- mengatur waktu wawancara.
- Kesejajaran Makna
Kesejajaran makna
kalimat akan terlihat melalui penataan gagasan yang cermat.
Perhatikan contoh berikut ini .
(5) Saya tidak
memperhatikan dan mempunyai kepentingan terhadap masalah itu.
Kalimat seperti itu
sering terealisasi menjadi pernyataan negative (tidak
memperhatikan )
digabungkan dengan pernyataan positif (mempunyai
kepentingan).
Akibatnya, makna kalimat (5) tidak jelas. Seharusnya, pernyataan
negative di gabungkan dengan pernyataan negative pula atau
sebaliknya. Dengan demikian, kalmat (5) dapat diubah sebagai berikut.
(5a) Saya
tidak memperhatikan dan mempunyai kepentingan terhadap masalah itu.
(5b)
Saya memperhatikan dan mempunyai kepentingan terhadap masalah itu.
- Pemfokusan
Yang dimaksud dengan
pemfokusan adalah pemusatan perhatian terhadap bagian kalimat
tertentu. Pemfokusan itu dilakukan melalui berbagai cara, antara lain
melalui pengedepanan dan pengulangan.
3.1 Pengedepanan
Kalimat yang
difokuskan diletakan pada bagian awal kalimat. Perhatikan contoh
berikut.
(6) Piala
Sudirman seharusnya tidak berpindah dari bumi pertiwi ini.
(7)
Sangat memprihatinkan keadaan perekonomian Indonesia saat itu.
(8) Secara
beringas mereka menyerbu pertokoan itu.
Pada cotoh diatas
terlihat bahwa bagian awal kalimat merupakan bagian yang difokuskan
atau ditonjolkan. Unsur yang ditonjilkan pada kalimat (6) adalah
subjeknya, yaitu Piala
Sudirman,
pada kalimat (7) adalah predikat, yaitu sangat
memprihatinkan,
dan pada kalimat (8) adalah keterangan, yaitu secara
beringas.
Unsur yang dikedepankan itu tidak ada menonjol lagi kalau susunannya
diubah menjadi sebagai berikut.
(6a) Seharusnya
piala Sudirman tidak berpindah dari bumi pertiwi ini.
(7a)
Keadaan perekonomian Indonesia saat itu sangat memprihatinkan.
(8a)
Mereka menyerbu pertokoan itu secara beringas.
3.2 Pengulangan
Pemfokusan dapat
ditempuh pula melalui pengulangan bagian yang difokuskan atau
ditekankan, seperti contoh berikut.
(9) Rajin
membaca dan rajin menulis dapat menjamin prestasi belajar demi masa
depan.
(10) Pandai
bergaul, pandai berbicara, dan pandai membujuk orang adalah modal
utama seorang pialang.
Pengulangan
kata rajin pada
kalimat (9) dan kata pandai pada
kalimat (10) dalam ragam tertentu tidak dapat dikatakan mubazir
karena berfungsi untuk mempertegas pernyataan. Sebenarnya
kata rajin dan pandai dapat
saja hanya muncul sekali, tetapi kesannya berbeda. Bandingkan kalimat
(9) dan (10) dengan kalimat (9a) dan (10a) berikut.
(9a) Rajin
membaca dan menulis dapat menjadi prestasi belajar masa depan.
(10a) Pandai
bergaul, berbicara, dan membujuk orang adalah modal utama seorang
pialang.
- Penghematan
Kalimat efektif
ditandai pula dengan penggunaan kata secara hemat. Penghematan
penggunaan kata itu dilakukan, antara lain, dengan cara (a) Tidak
mengulang subyek yang sama, (b) Menghindari pemakaian bentuk ganda,
dan (c) Menggunakan kata secara hemat.
4.1 Penghilangan
Subjek Berulang
Subjek berulang
terdapat dalam kalimat majemuk, baik dalam kalimat majemuk setara
maupun kalimat majemuk bertingkat. Dalam hal ini subjeknya harus sama
pada kalimat majemuk setara subjek kalimat pertama sama dengan subjek
kalimat kedua, ketiga, dan seterusnya. Pada kalimat majemuk
bertingkat subjek anak kalimat sama dengan subjek induk kalimat.
Perhatikan kalimat dibawah ini.
(11) Dia
masuk ke ruang pertemuan itu, kemudian dia duduk di kursi paling
depan, lalu dia asyik membaca novel.
(11a)
Dia masuk ke ruang pertemuan itu, kemudian duduk di kursi paling
depan, lalu asyik membaca novel.
Kalimat (11) adalah
kalimat majemuk setara yang terdiri atas tiga kalimat dasar dengan
subjek yang sama, yaitu dia.
Pemunculan subjek sebanyak tiga kali tersebut jelas tidak hemat. Oleh
karena itu, subjek kedua dan ketiga tidak perlu hadir sehingga
terbentuk kalimat (11a) yang lebih efektif.
Penghilangan subjek
kalimat majemuk bertingkat terlihat pada kalimat berikut.
(12) Sejak
saya bertempat tinggal di Bogor, saya mempunyai banyak waktu luang.
(12a) Sejak
bertempat tinggal di Bogor, saya mempunyai lebih banyak waktu
luang.
Pada kalimat (12)
terlihat bahwa subjek anak kalimat sama dengan subjek induk kalimat.
Karena subjeknya sama, salah satu subjek tersebut dapat dihilangkan
sehingga menjadi kalimat (12a). Namun, harus diingat bahwa
penghilangan subjek di dalam kalimat majemuk bertingkat tidak boleh
dilakukan pada induk kalimat karena kalau urutan diubah akan terjadi
seperti (12c). Penghilangan seperti pada kalimat (12b) dan (12c)
dibawah ini harus dihindari.
(12b) *
Sejak saya bertempat tinggal di Bogor, mempunyai lebih banyak waktu
luang.
(12c)
* Mempunyai lebih banyak waktu luang sejak saya bertempat tinggal di
Bogor.
4.2 Penghilangan
Bentuk Ganda
Di dalam pemakaian
bahasa sehari-hari sering ditemukan pemakaian bentuk ganda yang dapat
digolongkan sebagai bentuk ganda atau bersinonim seperti contoh
berikut.
adalah
merupakan
agar supaya
seperti misalnya
sangat … sekali
amat sangat
demi untuk
hanya … saja
Tiap-tiap unsur
pada pasangan di atas mempunyai arti dan fungsi yang hampir sama di
dalam sebuah kalimat. Oleh karena itu, penggunaan kedua unsur
tersebut secara bersama-sama, terutama dalam bahasa tulis resmi,
harus dihindarkan perhatikan contoh di bawah ini :
(13) Bantuan
untuk orang miskin itu adalah merupakan wujud kepedulian sosial
masyarakat yang mampu.
(13a)
Bantuan untuk orang miskin itu merupakan wujud kepedulian social
masyarakat yang mampu.
(13b)
Bantuan untuk orang miskin itu adalah wujud kepedulian social
masyarakat yang mampu.
(14)
Penghijauan kembali lahan gundul perlu digalakkan agar supaya tidak
terjadi banjir.
(14a)
Penghijauan kembali lahan gundul perlu digalakkan agar tidak terjadi
banjir.
(14b)
Penghijauan kembali lahan gundul perlu digalakkan supaya tidak
terjadi banjir.
(15)
Kualitas air tanah di daerah permukiman itu sangat baik sekali.
(15a)
Kualitas air tanah di daerah pemukiman itu sangat baik.
(15b)
Kualitas air tanah di daerah pemukiman itu baik sekali.
(16)
Persoalan yang dibicarakannya amat sangat penting.
(16a)
Persoalan yang dibicarakannya amat penting.
(16b)
Persoalan yang dibicarakannya sangat penting.
(17)
Demi untuk kepentingan rakyat banyak mereka rela berkorban apa saja.
(17a)
Demi kepentingan rakyat banyak, mereka rela berkorban apa saja.
(17b)
Untuk kepentingan rakyat banyak, mereka rela berkorban apa saja.
(18)
Agar dapat menyesuaikan diri dengan lingkungan mereka hanya
memerlukan waktu beberapa hari saja.
(18a)
Agar dapat menyesuaikan diri dengan lingkungan, mereka hanya
memerlukan waktu beberapa hari saja.
Penggunaan bentuk
ganda tampak pada contoh (13)- -(18). Dari segi makna dan kerapihan
struktur kalimat, contoh (13)- - (18) itu tidak memperlihatkan adanya
masalah kebahasan. Namun, dari segi kehematan penggunaan kata,
pemakaian bentuk ganda itu mengandung kemubaziran. Oleh karena itu,
yang disarankan untuk digunakan adalah contoh (13a) - - (18a) dan
(13b) - - (18b).
4.3 Penghematan
Penggunaan Kata
Di dalam bahasa
Indonesia tidak dikenal bentuk jamak atau tunggal secara tata bahasa.
Katakaryawan,peserta,
atau anak,
misalnya, dapat bermakna tunggal dan dapat pula bermakna jamak. Hal
itu sangat bergantung pada konteks pemakaiannya. Untuk menyatakan
makna jamak, antara lain, dapat dilakukan dengan pengulangan atau
penambahan kata yang menyatakan makna jamak, seperti para,
beberapa, sejumlah, banyak, atau segala.
Kedua cara pengungkapan makna jamak itu tidak digunakan secara
bersam-sama. Perhatikan contoh dibawah ini.
(19) *Beberapa
rumah-rumah di bantaran kali itu akan segera ditertibkan.
(19a)
Beberapa rumah di bantaran kali itu akan segera ditertibkan.
(19b)
Rumah-rumah di bantaran kali itu akan segera ditertibkan.
(20) *Karyawan
harus menaati segala ketentuan-ketentuan yang berlaku di kantor.
(20a)
Karyawan harus menaati segala ketentuan yang berlaku di kantor.
(20b)
Karyawan harus menaati ketentuan-ketentuan yang berlaku di kantor.
- Variasi
Penyusunan kalimat
perlu memperhatikan variable kalimat karena variasi itu akan
memberikan efek yang berbeda. Pemfokusan dengan mengedepankan unsure
yang dianggap penting seperti yang telah dibicarakan pada bagian 3.1
dapat digolongkansebagai variasi urutan unsur kalimat. Namun, variasi
kalimat bukan hanya itu. Variasi lain yang mempertimbangkan nilai
komunikasi dapat berupa penyusunan kalimat berimbang, kalimat
melepas, dan kalimat berklimaks.
5.1 Kalimat
Berimbang
Yang dimaksud dengan
kalimat berimbang adalah kalimat yang mengandung beberapa informasi
yang kadarnya sama atau seimbang karena sama-sama penting. Contohnya
adalah sebagai berikut.
(21) Fajar
telah menyingsing dan burung-burung pun mulai berkicau.
(22) Semua
orang laki-laki bekerja di sawah, sedangkan para istri mereka bekerja
di rumah.
Kalimat (21) dan
(22) masing-masing mengandung dua informasi. Informasi pertama pada
kalimat (21) adalah ‘fajar
telah menyingsing’ dan
informasi kedua adalah ‘burung-burung
pun mulai berkicau.’
Kedua informasi itu mempunyai derajat yang sama. Agar kedua informasi
itu sederajat, dipilih jenis kalimat majemuk setara, bukan majemuk,
bertingkat. Begitu pula kalimat (22), kalimat itu juga mengandung dua
informasi yang sama-sama penting. Informasi pertama adalah ‘semua
orang laki-laki bekerja di sawah’ dan
informasi kedua adalah ‘para
istri mereka bekerja di rumah.’
Kalimat (22) juga termasuk jenis kalimat majemuk setara. Bedanya
adalah bahwa kalimat (21) berupa kalimat majemuk setara penjumlahan,
sedangkan kalimat (22) merupakan kalimat majemuk setara pertentangan.
5.2 Kalimat Melepas
Kalimatmelepas
berbeda dari kalimat berimbang. Kalimat berimbang mengandung
informasi yang setara, sedangkan kalimat melepas mengandung informasi
yang tidak setara. Di dalam kalimat melepas terdapat informasi utama
dan informasi tambahan. Informasi utamanya diletakkan pada bagian
awal kalimat dan informasi tambahan diletakkan pada posisi berikutnya
sehingga seakan-akan informasi tambahan itu dilepas begitu saja.
Karena derajat informasinya tidak sama, jenis kalimat yang digunakan
bukan kalimat majemuk setara, melainkan kalimat majemuk bertingkat.
Agar penjelasan ini lebih mudah dipahami, kalimat berimbang (21) dan
(22) di atas, diubah menjadi kalimat melepas seperti berikut.
(23) Fajar
telah menyingsing saat burung-burung mulai berkicau.
(24) Semua
orang laki-laki bekerja di sawah tatkala para istri mereka sedang
bekerja di rumah.
Dengan mengubah
kalimat (21) dan (22) menjadi kalimat (23) dan (24), informasi yang
terkandung di dalamnya mempunyai derajat yang berbeda. Perbedaan
derajat informasi itu dipisahkan oleh kata
penghubung saat dan tatkala.
Informasi pada bagian awal kalimat, yaitu sebelum kata penghubung,
adalah informasi utama yang derajatnya lebih tinggi, sedangkan
informasi berikutnya, yaitu sesudah kata penghubung, adalah informasi
tambahan yang derajatnya lebih rendah. Bagian kalimat yang memuat
informasi utama itu adalah anak kalimat. Dengan demikian, kalimat
(23) dan (24) adalah kalimat majemuk bertingkat.
5.3 Kalimat
Berklimaks
Kalimat berklimaks
merupakan kebalikan kalimat melepas. Pada kalimat melepas informasi
utamanya terletak pada awal kalimat, sedangkan pada kalimat
berklimaks informasi utamanya terletak pada bagian akhir kalimat.
Dengan demikian, kalimat (23) dan (24) di atas dapat diubah menjadi
kalimat berklimaks seperti berikut.
(23a) Saat
burung-burung mulai berkicau, fajar menyingsing.
(24a)
Ketika para istri mereka bekerja di dapur, semua orang laki-laki
bekerja di sawah.
- Kelogisan
Kelogisan ialah
bahwa ide kalimat itu dapat dengan mudah dipahami dan penulisannya
sesuai dengan ejaan yang berlaku. Hubungan unsur-unsur dalam kalimat
harus memiliki hubungan yang logis/masuk akal.
Contoh:
(25a) Untuk
mempersingkat waktu, kami teruskan acara ini. (salah)
(25b) Untuk
menghemat waktu, kami teruskan acara ini. (benar)
(26a) Mayat
lelaki tua yang ditemukan itu sebelumnya sering mondar-mandir di
daerah tersebut. (salah)
(26b) Sebelum
meninggal, lelaki tua yang mayatnya ditemukan itu sering
mondar-mandir di daerah tersebut. (benar)
- Kecermatan
Kecermatan di sini
maksudnya tidak menimbulkan tafsiran ganda dan tepat dalam pilihan
kata.
Contoh:
(27a) Mahasiswa
perguruan tinggi yang terkenal itu menerima hadiah. (salah)
(27b) Mahasiswa
dari perguruan tinggi yang terkenal itu menerima hadiah. (benar)
(28c) Mahasiswa
yang terkenal di perguruan tinggi itu menerima hadiah. (benar)
(29a) Dia
menerima uang sebanyak tiga puluh lima ribuan. (salah)
(29b) Dia
menerima uang sebanyak tiga puluh lima ribu rupiah. (benar)
(29b) Dia
menerima uang sebanyak tiga puluh lembar lima ribu rupiah. (benar)
BAB
III
PENUTUP
- Kesimpulan
Berdasarkan hasil
pemaparan diatas, penulis dapat menarik kesimpulan sebagai berikut:
- Kalimat efektif adalah kalimat yang memperlihatkan bahwa proses penyampaian oleh pembicara/penulis dan proses penerimaan oleh pendengar/pembaca berlangsung dengan sempurna sehingga isi atau maksud yang di sampaikan oleh pembicara/penulis tergambar lengkap dalam pikiran pendengar/pembaca.
- Syarat-syarat kalimat efektif yaitu sebagai berikut:
- Secara tepat mewakili pikiran pembicara/penulisnya.
- Mengemukakan pemahaman yang sama tepatnya antara pikiran pendengar/pembaca dengan yang dipikirkan pembaca atau penulisnya.
- Ciri-ciri kalimat efektif yaitu sebagai berikut :
- Koherensi (keutuhan)
- Kesejajaran
- Kesejajaran Makna
- Pemfokusan
- Penghematan
- Variasi
- Kelogisan
- Kecermatan
- Saran
Penulis menyadari
bahwa dalam penulisan makalah ini banyak sekali kekurangan terutama
dalam segi penulisan. Untuk itu, penulis mengharapkan kritik dan
saran yang sifatnya membangun untuk lebih baik lagi dalam penulisan
makalah yang selanjutnya.
DAFTAR
PUSTAKA
Soedarso,
Speed
Reading, Sistem Membaca Cepat dan Efektif.
Jakarta : Gramedia, 2000
Wahyudin.
Bahasa
dan Sastra Indonesia. Bandung
: CV Regina, 2005
Tidak ada komentar:
Posting Komentar